Detail Berita
Tompobulu Sulsel Sentra Produksi Kedelai
Pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi kedelai nasional dengan sasaran mencapai swasembada pada tahun 2020. Hal itu dilakukan untuk mencapai swasembada luas panen kedelai yang kini baru mencapai 697 ribu hektar (ha) dengan produktivitas 1,57 juta ton per ha, harus diperluas hingga mencapai 2,0 juta ha dengan produktivitas 1,70 juta ton per ha.
Demi wujudkan hal tersebut, dilakukan perluasan areal panen kedelai memanfaatkan lahan sawah tadah hujan seluas 3,7 juta ha, dimana 263 ribu ha diantaranya berada di Provinsi Sulawesi Selatan. Kepala Pusat Litbang Tanaman Pangan, Andriko Noto Susanto mengatakan, di Sulawesi Selatan, Maros merupakan salah satu Kabupaten yang mempunyai potensi besar untuk pengembangan kedelai pada sawah tadah hujan.
Luasa sawah di Kabupaten Maros yang setahun dapat ditanami padi sekali karena masalah air mencapai 6.400 ha. Lahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengembangan palawija, diantaranya adalah kedelai. “ Sebagian dari lahan tersebut telah ditanami kedelai tetapi produktivitasnya masih rendah, yakni di petani berkisar antara 0,8-1,7 ton/ha. Produktivitas tersebut, dengan mudah dapat ditingkatkan hingga mencapai 2,5-3,0 ton/ha dengan paket teknologi,” ujarnya.
Teknologi yang dimaksudkan, yakni penggunaan varietas unggul, pupuk hayati Agrisoy, dan penggunaan biopestisida. Varietas unggul baru kedelai yang dilepas Kementrian Pertanian beberapa diantaranya dapat mencapai hasil lebih dari 3,5 t/ha. Hal itu menunjukkan bahwa ada peluang untuk mengembangkan kedelai di lahan sawah tadah hujan dengan produktivitas 3,0 t/ha atau lebih.
Teknologi Biodetas ditekankan pada penggunaan pupuk hayati Agrisoy berbahan baku Rhizobium, Biopestisida VirGra dan Be-Bas. Di beberapa jenis lahan (tanah masam, tanah non masam, dan lahan pasang surut), penggunaan Agrisoy 250 gram/50 kg benih + pupuk organic 1,0 t/ha dapat menghemat penggunaan pupuk NP 50%, dan memberikan hasil kedelai lebih tinggi dibandingkan dengan dipupuk NP dosis rekomendasi. Biopestisida VirGra dan Be-Bas efektif dapat mengendalikan hama pemakan daun utamanya ulat grayak, dan pengisap maupun penggerek polong.
Gelar teknologi budidaya kedelai disawah tadah hujan Tompobulu Maros bertujuan untuk mengembangkan teknologi Biodetas, yaitu teknologi budidaya kedelai di sawah tadah hujan yang dapat mengurangi kebutuhan pupuk kimia dan pestisida dengan hasil sekitar 3,0 t/ha. Untuk memperkenalkan beberapa varietas unggul baru kedelai pada petani, agar varietas tersebut segera dapat berkembang di masyarakat.
Hasil kedelai dari kegiatan ini akan digunakan sebagai sumber benih untuk pengembangan kedelai di Sulawesi Selatan lebih lanjut. Sementara itu, Wakil Bupati Maros, Andi Harmil Mattotorang menjelaskan, Maros merupakan salah satu sentra produksi tanaman pangan khususnya padi dan kedelai. Selama ini, hasil panen dan produksi padi masing-masing 44,097 ha dan 262,641 ton dengan produktivitas 5,95 ton per ha.
Sementara luas panen dan produksi kedelai, masing-masing 1,761 ha dan 2,368,55 ton dengan produktivitas 1,34 ton per ha. “ Dari data tersebut memang tergambar jika produktivitas kedua tanaman masih rendah, bila dibandingkan potensi yang ada mencapai 9,3 ton untuk padi dan kedelai 1,7-3,2 ton per ha. Untuk itu, diharapkan hadirnya program ini bisa mendorong produktivitas kedua tanaman pangan tersebut,” harapnya.
Recent Post
Asrul Sani Menerima Penghargaa...
26 November 2025
FGD Implementasi PP 28 tahun 2...
12 November 2025
HADIRI EVALUASI SAKIP, KEPALA ...
23 Oktober 2025
Rapat SPAM Mamminasata...
22 Oktober 2025
Asrul Sani Memberikan Sambutan...
21 Oktober 2025
Gubernur Andi Sudirman Sulaima...
21 Oktober 2025
Asrul Sani mengikuti Rapat Ent...
15 Oktober 2025
Butuh Bantuan?
Memiliki pertanyaan mengenai terkait detail Perizinan di Sulawesi Selatan ?
Hubungi Kami